• UGD 24/7
  • Jl. Cempaka Putih Tengah I/1
  • +6221 4280 1567 & +6221 4250451
  • Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.
You are here:RSIJCP/Pusat Informasi/Artikel/Pendekatan emosional dan spiritual pada penderita stroke

Pendekatan emosional dan spiritual pada penderita stroke

Kamis, 26 Mei 2011 21:26 WIB
20383

Saat ini, penderita stroke cenderung terus meningkat. Penyakit ini perlu diwaspadai karena terjadi secara mendadak. Karena sifatnya mendadak itulah maka sindroma ini diistilahkan dengan “STROKE” yang artinya kurang lebih “kejadian yang tiba-tiba”. Kalau kita tiba-tiba dipromosikan, naik pangkat, dapat hadiah uang ratusan juta, dan mengalami kejadian tiba-tiba lainnya yang positif, maka hal tersebut akan membuat kita mengalami rasa bahagia yang “ruaaaar biasa”. Tapi apa yang kita bayangkan bila kita tibatiba kehilangan sesuatu yang selama ini kita banggakan dan sangat menentukan perjalanan hidup kita. Tiba-tiba (secara mendadak) orang yang sangat kita cintai (istri, suami, anak, orang tua) meninggal dunia. Tiba-tiba kita kehilangan pekerjaan yang sangat menentukan mati dan hidupnya keluarga kita. Tiba-tiba seluruh harta kekayaan kita habis ludes terbakar si jago merah. Tiba-tiba kita menjadi lumpuh tak berdaya. Tiba-tiba kita mengalami stroke. Apa yang kita lakukan bila kita sendiri mengalaminya?

DAMPAK PSIKOLOGIS / EMOSIONAL DAN SPIRITUAL

Stroke memang tidak selalu membuat mental penderita merosot. Meskipun demikian padaumumnya hampir semua orang yang terkena stroke akan mengalami perubahan mental dan dampak psikologis yang luar biasa. Kita dapat membayangkan bagaimana seseorang yang terkena stroke tiba-tiba mengalami “kelumpuhan” fungsi organ-organ tubuhnya yang sangat penting. Penderita stroke tibatiba mengalami kehilangan kontrol terhadap dirinya

sendiri, mengalami gangguan daya pikir, konsentrasi, penampilan menjadi sangat menurun dan mengalami kehilangan banyak hal yang biasanya bisa dilakukan sendiri. Semua hal tersebut pasti sangat mempengaruhi penderita stroke. Marah, sedih, menyalahkan diri sendiri dan merasa tidak berdaya, sering kali menurunkan semangat hidup penderita stroke sehingga muncul dampak emosional yang lebih berbahaya.

Kondisi seperti ini akan semakin buruk bila stroke dialami oleh mereka yang sangat mengagungkan kemampuan dan kehebatan dirinya serta jauh dari penghayatan akan religiusitas dan spiritualitas.

PENTINGNYA PENDEKATAN EMOSIONAL DAN SPIRITUAL

Mendekati penderita stroke dengan memahami aspek emosi dan spiritualitasnya menjadi sangat penting karena beberapa hal : Stroke bukanlah sekedar terjadinya kerusakan pada jaringan otak yang disebabkan berkurangnya aliran darah ke otak dengan berbagai sebab yang ditandai dengan kelumpuhan sensorik atau motorik tubuh sampaidengan terjadinya penurunan kesadaran, akan tetapi stroke sekaligus serangan terhadap harga diri, ketekunan dan kesabaran, daya tahan dalam menghadapi stressor, penyesuaian diri, dsb. Penderita stroke pada dasarnya “mendadak invalid” yaitu mendadak/tiba-tiba “kehilangan” banyak hal yang sangat penting dan dibanggakan. Hal ini akan menyebabkan seseorang teraduk-aduk emosinya, perasaan dan pikirannya. Ada kecenderungan yang sangat kuat bahwa hampir semua penderita stroke tidak bisa menerima “kenyataan”. Salah satunya yang hampir selalu muncul dalam pikiran dan perasaan penderita stroke adalah pertanyaan “mengapa harus saya yang mengalami?” hingga “mengapa Tuhan melakukan hal ini pada saya?” Pasien pasca stroke / penderita stroke biasanya menjadi rendah diri, menjadi mudah sedih, mudah marah, stres dan depresi maupun kehilangan minat terhadap segala sesuatu, oleh karena itu mereka sangat membutuhkan orang lain yang dengan ikhlas memberikan empati, memotivasi, kasih sayang dan perhatian.Spiritualitas menjadi sangat penting agar penderita stroke mampu menerima kenyataan, mampu mengambil hikmah, dapat mengisi setiap kesempatan dengan sesuatu yang bermakna, bersabar dan bertawakal, berpikir positif serta semakin mencintai AllahSWT.

PENDEKATAN EMOSIONAL

Pahami bahwa penderita stroke adalah pribadiyang memiliki sensitifitas emosi dan afeks yang berbedadengan pribadi yang sehat. Mereka cenderung menjadi sangat peka terhadap suatu peristiwa dan reaksi orang lain. Peristiwa biasa dan reaksi orang lain yang wajar saja bisa menimbulkan persepsi negatif dan melukai emosi/afeksi penderita stroke, apalagi peristiwa dan reaksi yang negatif. Setiap penderita stroke memiliki latar belakang kehidupan dan kepribadian yang berbeda-beda. Setiap penderita stroke memiliki “individual deferences” dan keunikannya masing-masing termasuk reaksi emosinya terhadap penyakit yang diderita dan masalah-masalah yang dihadapi. Akan lebih baik bila dalam membantu proses penyembuhan / pemulihan / peneguhan setiap

penderita stroke, memperhatikan keunikan masingmasing pribadi sehingga akan diperoleh model perlakuan dan pendekatan emosional yang tepat. Emphaty harus selalu melekat dan mewarnai siapapun (dokter, perawat, keluarga dll) yang akan berhubungan dengan penderita stroke. Emphaty menjadi sangat penting karena ia akan membantu proses komunikasi, pendampingan, motivasi dan pemulihan. Emphaty juga akan menghadirkan situasi merasa diterima dan diperhatikan dalam diri penderita stroke.

PENDEKATAN SPIRITUAL (PSIKOLOGI)

“Spiritual”, dalam perspektif SQ (Spiritual Quotient) dan SC (Spiritual Capital) oleh Danah Zohar dan Ian Marshall didefinisikan sebagai suatu cara kita menggunakan makna, nilai, tujuan dan motivasi dalam mengambil keputusan yang dibuat dan dalam

segala sesuatu yang kita pikir patut dilakukan. Spiritual adalah “kecerdasan hati nurani”.

Menurut Hermawan Kartajaya (dalam kata pengantar buku “Spiritual Capital” edisi

Indonesia, penerbit Mizan), spiritualitas menyangkut sesuatu yang universal yaitu values (nilai), meaning (makna), dan purpose (tujuan) dalam hidup manusia. SC (Spiritual Capital) menjawab keprihatinan tentang apa arti menjadi manusia

dan tentang apa makna serta tujuan puncak dari hidup manusia. SQ (Spiritual Quotient) berfungsi membantu menjawab pertanyaan “siapa saya”. Memperhatikan pengertian spiritual dalam perspektif psikologi tersebut maka penderita stroke akan menjadi terbantu untuk tetap tabah dan tetap memiliki semangat untuk sembuh serta menjalani kehidupan bila kita dapat membantu penderita stroke untuk : Menemukan makna / hikmah dan pesan Tuhan dibalik stroke yang dideritanya. Siapapun yang dapat menemukan hikmah dari setiap kejadian maka akan menjadi orang-orang yang “KUAT”.

Menemukan dan memiliki nilai-nilai tertentu yang dapat dihayati dan mencerahkan.

Menemukan tujuan hidup yang lebih terarah sehingga dengan keterbatasan stroke yang dideritanya tetap dapat menjalani hidup dengan penuh makna dan tidak sia-sia. Memiliki motivasi hidup yang tepat sehingga dapat membantu penderita stroke untuk menjalani hidup dengan optimis dan tetap bergairah. Semakin memahami dirinya (siapa saya?) sebagai mahluk ciptaan Allah SWT yang dengan segala kondisinya (sakit/sehat) akhirnya akan kembali kepada-Nya.

Spiritualitas keagamaan hanya akan muncul dari religiusitas yang sifatnya intrinsik (agama yang dihayati dengan penuh kesungguhan dan dari hati yang paling dalam) bukan dari religiusitas yang ekstrinsik (agama yang hanya sekedar kulit dan formalitas).

PENDEKATAN SPIRITUAL (AGAMA)

Spiritualitas dalam perspektif agama, disamping memiliki beberapa aspek seperti yang

dirumuskan oleh Danah Zohar dan Ian Marshall, spiritualitas agama lebih mengarah pada penghayatan dari agama yang diyakini, seberapa bagus kualitas rasa keagamaan yang dimiliki, seberapa dalam posisi Tuhan didalam hati dan pikiran, juga seberapa ikhlas dan ihsan seseorang dalam beribadah kepada-Nya. Spiritualitas keagamaan hanya akan muncul dari religiusitas yang sifatnya intrinsik (agama yang dihayati dengan penuh kesungguhan dan dari hati yang paling dalam) bukan dari religiusitas yang

ekstrinsik (agama yang hanya sekedar kulit dan formalitas). Bawa penderita stroke pada “nikmat dan bahagianya” beribadah dan berdekat-dekatan dengan Allah SWT, indah dan bahagianya dapat mengisi keterbatasan hidupnya dengan amal shaleh, cinta dan kasih sayang, serta masih diberi kesempatan untuk hidup dan mempersiapkan diri

menuju perjalanan khusnul khotimah. Ajak mereka untuk menjalani hidup dengan penuh rasa syukur dengan apa yang ada dan yang masih tersisa.

Berat ringannya sebuah ujian bukan pada apa yang kita alami,

Tetapi pada bagaimana sikap kita menghadapinya....

Oleh HM. Jamaludin Ahmad

dari Buletin Mukisi deisi Juni 2007

Tagged under

Terakreditasi Nomor: LARSI/SERTIFIKAT/096/02/2023

Lulus Tingkat Paripurna      

Bekerja Sebagai Ibadah Ihsan Dalam Pelayanan

Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih

  • Jl. Cempaka Putih Tengah I/1, Jakarta Pusat, Indonesia 10510
  • +6221 4280 1567
  • +6221 425 0451
  • rsijpusat@rsi.co.id

Pendaftaran Pasien Rawat Jalan Khusus BPJS

Pendaftaran Rawat Jalan Pasien Umum, Jaminan Perusahaan & Asuransi

© 2018-2024. Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih