You are here:RSIJCP/Pusat Informasi/Artikel/World Mental Health Day 2025 Menyembuhkan Dunia yang Terluka, Secara Fisik dan Psikologis

World Mental Health Day 2025 Menyembuhkan Dunia yang Terluka, Secara Fisik dan Psikologis

Diterbitkan di Artikel
Jumat, 10 Oktober 2025
833 kali

Setiap tanggal 10 Oktober, dunia memperingati World Mental Health Day atau Hari Kesehatan Mental Sedunia, sebuah momen untuk menegaskan bahwa tidak ada pemulihan yang utuh tanpa kesehatan mental. Tahun 2025, tema global yang diangkat adalah:

Access to Services – Mental Health in Catastrophes and Emergencies
(Akses terhadap layanan – Kesehatan mental dalam bencana dan keadaan darurat)

Bencana alam, konflik bersenjata, pandemi, dan krisis kemanusiaan terus mengguncang kehidupan manusia di seluruh dunia. Dampaknya tidak hanya menghancurkan bangunan dan infrastruktur, tetapi juga mengganggu ketenangan batin jutaan orang berupa rasa kehilangan, ketakutan, ketidakpastian, dan trauma yang tak selalu terlihat.

Namun yang sering terlupakan, krisis besar juga meninggalkan jejak emosional pada mereka yang tidak berada di pusat bencana. Melalui layar ponsel, masyarakat di seluruh dunia menyaksikan berita tentang perang, wabah, atau bencana kemanusiaan dan tanpa sadar ikut menanggung beban psikologisnya. Semua orang, dalam cara yang berbeda, hidup di era darurat mental global.

Kesehatan Mental: Kebutuhan yang Sering Terpinggirkan

Dalam situasi bencana atau keadaan darurat, perhatian sering terpusat pada kebutuhan fisik, seperti makanan, obat, tempat tinggal, dan logistik. Namun dukungan psikologis sering kali datang paling akhir, padahal luka batin bisa bertahan jauh lebih lama dibanding luka di tubuh.

  • Anak yang kehilangan rumah dan sekolah karena bencana bisa mengalami gangguan kecemasan jangka panjang.
  • Tenaga kemanusiaan dan relawan bisa mengalami burnout dan kelelahan emosional.
  • Krisis politik dan ekonomi yang menimbulkan ketidakpastian sosial, PHK massal, atau ketakutan akan masa depan.
  • Paparan berlebihan terhadap berita negatif di media sosial: perang, kekerasan, bencana, perpecahan, dan ujaran kebencian yang semuanya bisa memicu kecemasan kolektif (collective anxiety).
  • Pandemi memicu trauma kolektif, bahkan bagi mereka yang tidak tertular, karena kehilangan pekerjaan, isolasi sosial, atau ketakutan akan masa depan.
  • Krisis kemanusiaan di negara lain dapat memicu stres psikologis yang muncul karena terus-menerus menyaksikan penderitaan orang lain (vicarious trauma).

Karena itu, “access to services” bukan hanya tentang membuka layanan bagi korban langsung, tapi juga membangun sistem dukungan yang melindungi semua lapisan masyarakat dari dampak psikologis krisis.

Krisis Global, Dampak Kolektif

Manusia hidup di dunia yang saling terhubung. Ketika perang terjadi di satu negara, harga pangan bisa naik di negara lain. Ketika pandemi melanda, seluruh dunia ikut berhenti, dan ketika bencana besar diberitakan, seluruh lini masa media sosial penuh dengan kesedihan.

Artinya, krisis kemanusiaan kini bersifat kolektif. Seseorang mungkin tidak kehilangan rumah, tapi kehilangan rasa aman. Seseorang mungkin tidak menjadi korban perang, tapi merasa cemas menatap masa depan. Seseorang mungkin tidak berada di garis depan, tapi ikut lelah secara emosional melihat penderitaan berulang.

Oleh karena itu, World Mental Health Day 2025 mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk memperluas pemahaman tentang “penyintas”: Dalam dunia yang saling terhubung, setiap orang bisa menjadi penyintas dari krisis yang ia saksikan.

Akses terhadap Layanan: Lebih dari Sekadar Fasilitas

Tema tahun ini menekankan akses terhadap layanan, dan maknanya jauh lebih luas dari ruang konsultasi. “Layanan” bisa berarti:

  1. Dukungan psikologis profesional bagi korban bencana dan relawan di lapangan.
  2. Pendidikan publik dan literasi emosional bagi masyarakat luas agar mampu mengelola stres dan kecemasan akibat krisis sosial dan media.
  3. Ruang aman dan komunitas empatik yang menyediakan tempat untuk berbagi cerita, bukan sekadar menyebarkan berita.
  4. Kebijakan pemerintah yang memprioritaskan kesehatan mental dalam setiap respons bencana atau krisis nasional.

Ketika akses ini terbuka luas, masyarakat tidak hanya selamat secara fisik, tetapi juga pulih secara emosional dan spiritual.

Apa yang Bisa Dilakukan?

Untuk Diri Sendiri:

  • Sadari batas kemampuan diri dalam mengonsumsi berita krisis.
  • Lakukan digital detox ketika merasa lelah secara emosional.
  • Lakukan rutinitas yang menenangkan: tidur cukup, bergerak, dan tetap terhubung dengan orang-orang yang memberi energi positif.
  • Cari bantuan profesional jika stres mulai mengganggu keseharian.

Untuk Orang Lain:

  • Dengarkan tanpa menghakimi mereka yang sedang kesulitan.
  • Jangan menyepelekan stres orang lain hanya karena merasa “lebih beruntung.”
  • Dukung kampanye dan kegiatan edukasi kesehatan mental di komunitas atau tempat kerja.

Untuk Masyarakat dan Pemerintah:

  • Pastikan layanan psikososial menjadi bagian dari penanganan bencana sejak awal, bukan tambahan di akhir.
  • Bangun ekosistem digital yang sehat dengan media yang berimbang dan empatik melalui kampanye di lingkungan terdekat.
  • Dorong kolaborasi lintas sektor (kesehatan, pendidikan, sosial, dan komunikasi publik) untuk lebih peka terhadap kesehatan psikologis di lingkungan sekitar.

Dari Krisis Menuju Kepedulian

Tema World Mental Health Day 2025 bukan hanya tentang mengobati luka psikologis akibat bencana, tetapi juga tentang menumbuhkan kepedulian kolektif di tengah dunia yang penuh ketidakpastian. Karena di balik setiap krisis, ada kesempatan untuk menjadi manusia yang lebih berempati. Karena setiap jiwa yang pulih, membuat dunia ini sedikit lebih damai.

Mari jadikan momen ini bukan sekadar peringatan tahunan, tetapi gerakan untuk membuka akses dan hati agar kesehatan mental benar-benar menjadi hak bagi semua orang, di mana pun mereka berada.

Share ke Media Sosial

Pendaftaran Rawat Jalan

Promo Layanan. *baca syarat dan ketentuan berlaku
Rekanan RS Islam Jakarta Cempaka Putih #Asuransi #BUMN #BUMD #Perusahaan

Terakreditasi Nomor. LARSI/SERTIFIKAT/096/02/2023

Lulus Tingkat Paripurna      

Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih

  • Jl. Cemp. Putih Tengah I No.1, RT.11/RW.5, Cempaka Putih Timur, Kecamatan Cempaka Putih, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 10510
  • +6221 4280 1567
  • +6221 425 0451
  • rsijpusat@rsi.co.id

Pendaftaran Pasien Rawat Jalan Khusus BPJS

Pendaftaran Rawat Jalan Pasien Umum, Jaminan Perusahaan & Asuransi

  • +6221 425 0451 ext. 6508

Visitors

© 2018-2024. Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih